Akibat pemanasan global burung-burung mulai naik gunung

Banyak spesies burung gunung di daerah tropis yang berpindah ke lereng gunung yang berada dalam jangkauan mereka untuk menghindari suhu yang semakin memanas. Tampaknya spesies dari daerah tropis lebih sensitif terhadap perubahan iklim daripada burung yang berada di daerah subtropis, seperti dilaporkan oleh para peneliti dari Cornell Lab of Ornithology dalam Proceedings of the National Academy of Science.



 
Prediksi perubahan iklim menunjukkan bahwa pemanasan global akan mendorong sedikitnya empat spesies ini kedalam kepunahan lokal pada akhir abad ini, kata penulis penelitian, Benjamin Freeman, Ph.D. seorang mahasiswa di Cornell yang turut melakukan penelitian bersama dengan istrinya, Alexandra Class Freeman, seorang peneliti burung dari Cornell.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa tidak peduli dimanapun anda, selama berada di bumi, perubahan iklim memiliki dampak yang sangat nyata,” kata Freeman Class. ” Dalam hal ini, kegiatan negara-negara industri menyebabkan perubahan iklim yang mengakibatkan burung-burung di daerah terpencil di Papua dan Papua Nugini, yang berada jauh di hutan pegunungan di daerah tropis akan naik hingga lereng-lereng gunung untuk menemukan habitat yang mereka sukai.”

Burung – burung pegunungan di iklim tropis ini akan bergerak sepanjang lereng gunung dalam jarak yang lebih jauh dan lebih cepat dibandingkan burung yang berada dalam iklim sedang, para peneliti menemukan ketinggian yang dijangkau mereka mencapai hampir 400 kaki atau setara dengan gedung pencakar langit 40 lantai, selama 50 tahun terakhir.
“(Dan) karena gunung memiliki bentuk seperti piramida, maka ada sedikit daerah yang tersedia untuk habitat mereka semasa mereka bergerak ke puncak gunung,” ujar Freeman, “Mereka sedang diperas baik oleh suhu dan juga ruang.”

Para peneliti menelusuri hasil survey burung pedalaman dari ilmuwan Jared Diamond 50 tahun yang lalu di hutan terpencil dari dua gunung (Matius Karimui dan Karkar Island di Papua Nugini) yang menawarkan landasan untuk mengukur perubahan.

Dalam 50 tahun terakhir, para peneliti melaporkan, suhu rata-rata tahunan dari kedua daerah tersebut telah meningkat sekitar 0,7 derajat fahrenheit, dan sekitar 70 persen dari jumlah spesies burung dalam ruang lingkup survey tersebut telah bergeser ke atas lembah yang berada dalam jangkauan mereka dengan ketinggian rata-rata 370 meter di Gunung Karimui. Sedangkan di Karkar Island, sekitar 77 persen dari semua spesies dalam survey pindah ke atas lembah dengan ketinggian rata-rata 500 meter.

Karena gunung-gunung tersebut memiliki ketinggian 8.000 meter dan terletak di daerah terpencil yang terdapat juga pemukiman manusia dalam jumlah yang sedikit, perubahan iklim merupakan satu-satunya perubahan lingkungan yang paling utama yang telah terjadi sejak hasil survey dari Diamond.

Decu sayap putih (white-winged robin :  Peneothello sigillata)

Empat spesies burung yang diamati dalam penelitian tersebut adalah :
  1. Decu sayap putih (white-winged robin :  Peneothello sigillata),
  2. Remetuk kelabu ( Mountain Gerygone : Gerygone cinerea) ,
  3. Cenderawasih jambul (Crested Satinbird : Crested Bird-of-Paradise‘)
  4. Burung buah jambul (Crested Berrypecker:Paramythia montium). 
Keempat spesies burung tersebut telah bergeser dari habitat asli mereka naik ke lereng gunung menuju puncak Gunung.

Jika peningkatan suhu terjadi pada 1,8 derajat fahrenheit maka kemungkinan besar akan terjadi kepunahan lokal dari keempat spesies burung tersebut, kata para penulis.

Suhu di Papua dan Papua Nugini diprediksi akan meningkat sebesar 4,5 derajat Fahrenheit pada akhir abad ini, dan itu artinya ancaman terhadap kepunahan global dari beberapa spesies burung-burung pegunungan akan kemungkinan bisa terjadi.

“Perubahan ini diprediksikan pada tahun 2100 yang tidak hanya akan menghabisi empat spesies di pegunungan ini, melainkan juga 10 hingga 15 spesies akan masuk dalam posisi yang sangat genting,” kata Freeman.

“Selain itu, perpindahan ke atas lereng pegunungan ini juga terjadi pula pada burung-burung di Peru, ngengat di Indonesia, bunglon madagaskar dan mungkin juga sebagian besar spesies yang terdapat di pegunungan tropis.

Kecenderungan tersebut sudah jelas-jelas ditegaskan oleh para peneliti: Peningkatan suhu lanjutan akan menyebabkan kepunahan burung tropis di pegunungan.

Penelitian ini juga menyajikan bukti kuat tentang perlunya konservasi habitat gunung di daerah tropis, yang menunjukkan bahwa hutan yang berdekatan dan terhubung hingga lereng-lereng gunung bisa memberikan konduktivitas yang terbaik untuk spesies burung bergerak naik hingga ke puncak.


Diperlukan upaya konservasi agar hutan selalu tersedia sebagai jalan bagi mereka menuju penyelamatan diri ke puncak gunung melalui lereng-lereng bukit

“Kita perlu memastikan bahwa habitat adalah di tempat untuk memungkinkan burung untuk beradaptasi,” kata Freeman.

Penelitian: “Rapid Upslope Shifts in New Guinean Birds Illustrate Strong Distributional Responses of Tropical Montane Species to Global Warming,” didanai oleh National Science Foundation, Athena Fund of te Cornell Lab of Orniothology dan Dana Explorer.

Labels: ,